Sunday, May 28, 2006
Gambar Fantasi
Oleh : Andi Sri Suriati Amal
Jehan lagi suka bermain kata-kata, ngutak-ngatik bahasa Jerman di atas kertas. Katanya sih lagi belajar buat puisi. Adik-adiknya, Deniz dan Iffah, juga sedang bermain. Tiba-tiba ...
"Mama, guck mal ! "
teriak Abdussalam sambil menggerak-gerakkan tangannya di udara.
"Salam ngapain?"
"Guck mal ! Salam lagi gambar strawbery", jawabnya.
"Mana strawberynya?"
"I..ni..! Cantik nggak?" katanya sambil menunjuk sesuatu di depan mukanya.
Kosong, nggak ada apa-apa.
"Oh... gambar fantasi, oder?" Jehan menimpali.
"Iya..., itu gambar fantasi, tapi cantik sekali" tambah Abdussalam
"Ohhh..."
"Sekarang, Salam mau gambar apel".
"Tapi apelnya itu di pohon, ada batangnya, terus ada daunnya". Sambil terus mencoret-coret di udara, layaknya seorang pelukis ..
"Mama, siap... tan...tan...!"
"Oh... bagus sekali, gut...gut...!"
"Akh... aurat!"
(ini sering terjadi, klo anak-anak melihat gambar wanita yang pake baju minim, entah itu di tipi atau gambar-gambar iklan dipinggir jalan. Kalau lagi nonton sih, biasanya anak2 akan segera menekan teletext---hanya menampilkan iklan-iklan dalam bentuk tulisan saja---)"
sambil menutup mata dengan tangan dan masih berdiri tepat di depan gambar fantasinya.
"Apa? Mana auratnya?" tanyaku curiga.
"Itu...!" tunjuknya, tepat kearah gambar fantasinya tadi.
"Apa??? Mana???" Aku mulai panik.
"Jangan-jangan Abdussalam sedang berfantasi melihat perempuan berbaju seadanya. waduhhh... kacaw... kacaw..." pikiranku mulai liar. Aku mulai mendekatinya,
"Mana auratnya?" suaraku mulai tinggi.
"Itu...!" sambil menutup matanya dengan sebelah tangan, dia menunjuk ke arah bawa meja tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Ooh... ternyata itu biang keroknya: gambar perempuan pada brosur iklan busana. Aduhhh... kebiasaan deh nih. Suka aja, selesai belanja, main ambil aja iklan-iklan yang biasa disediakan oleh pihak toko di dekat meja kasir. Tadi rupanya, belum sempat liat-liat udah di mainin entah sama Iffah atau Deniz. Rupanya ada iklan baju dalam, biasalah... itu pakaian klo diiklanin emang kenapa sih... harus diperagakan oleh seseorang segala. Kenapa nggak pakaian dalamnya itu aja yang difoto gitu loh... Aduh... aduh... bikin runyam aja ini dunia. Untung saya nggak langsung marah-marah ke Salam. Tetapi memang salahku juga sih. Biasanya kertas-kertas iklan ini akan segera kubuka-buka dan kalau ada bagian-bagian itu tadi, aku langsung buang ke tempat sampah. Tempatnya memang lebih pantas di sana.
Aduh.... nasib... nasib. Beginilah kalau tinggal di negara sekuler.
Frankfurt/Main, 4 Februari 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment