Tuesday, January 31, 2012

Mama, Allah di Mana




Kemarin giliran saya menjemput Abdussalam dari TK. Belum lagi keluar dari pintu, ia sudah asyik bercerita tentang kegiatannya hari itu. Saya hanya mendengarkan sepanjang jalan sambil sesekali memotong dengan pertanyaan atau pujian. Sampai di halaman kompleks ia bertanya:

"Mama, Allah itu ada dimana sih?" "Di langit atau di mesjid?"
Saya terkejut tiba-tiba ditanya begitu.
"Kalau menurut Abdussalam, Allah itu ada di mana?" aku balik bertanya.
"Di mesjid, kali" jawabnya agak ragu. "Sebab mesjid kan rumah Allah. Sebab orang-orang kalau mau menyembah Allah datang ke mesjid"
"Tapi sholat kan bisa juga di rumah" ujarku menyanggah.
"Jadi Allah itu sebenarnya di mana, sih? Di langit atau di planet?" tanyanya penasaran.
"Mmm... betul, Allah itu di langit, tapi nanti kita tanya ayah lagi, ya ..."

Tak terasa berjalan kami sudah sampai di depan pintu rumah. Setelah memberi salam Abdussalam langsung berlari masuk menemui ayahnya.
"Ayah, Allah itu ada di mana sih? Di mesjid, di langit atau di planet?" tanyanya heboh.

*****
 
1. Allah Di atas Arsy
QS. Al-Araf : 54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
QS. Yunus : 3
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia.Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
QS. Ar-Ra'd : 2
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan , menjelaskan tanda-tanda , supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu.
QS. Thaha : 5
Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy .
QS. Al-Furqan : 59
Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy , Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui tentang Dia.
QS. As-Sajdah : 4
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy . Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
QS. Al-Hadid : 4
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya . Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
2. Allah Di Langit
Keterangannya:
QS Al-Mulk : 16-17
Tidakkah kamu merasa aman dari Allah yang berada di langit bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah meraa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat) mendustakan peringatan-Ku .
Hadits Rasulullah SAW
Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah SAW bersabda, Kasihanilah yang bumi maka kamu akan dikasihani oleh Yang DI LANGIT (riwayat Imam at-Tirmidzi)
3. Tidak Ada Keterangan Bahwa Allah Ada Dimana-mana
Sebaliknya, tentang keterangan bahwa Allah SWT itu ada dimana-mana, tidak ada dalil yang shahih.
Tentang ayat ini:
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid : 4)
Kebersamaan Allah SWT yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah berbentuk muraqabah atau pengawasan.
Kesimpulan berdasarkan keterangan dari sahabat dan ulama:
1. Bertanya "Di mana Allah?" tidak dilarang dan tidak tercela, sesuai hadits Rasulullah SAW.
2. Wajib menjawab : "Sesungguhnya Allah di atas langit atau di atas 'Arsy". Karena yang dimaksud di atas langit adalah di atas 'Arsy. Jawaban ini membuktikan keimanannya sebagai mu'min atau mu'minah. Sebab, Nabi SAW telah menyatakan keimanan budak perempuan, karena jawabannya : Allah di atas langit !.
3. Wajib meyakini bahwa Allah di atas langit, yakni di atas 'Arsy-Nya.
4. Mengingkari bahwa Allah di atas langit, dapat membawa pada kekufuran.
5. Melarang orang bertanya "Dimana Allah?" sama dengan menganggap diri lebih pandai dari Rasulullah SAW, bahkan lebih pandai dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Na'udzu billah.
6. Siapa yang tidak menjawab "Sesungguhnya Allah di atas langit", maka bukanlah ia seorang mu'min atau mu'minah.
7. Siapa yang menganggap pertanyaan "Dimana Allah ?" menyerupakan Allah dengan mahluk-nya, maka sesunguhnya ia telah menuduh Rasulullah SAW jahil/bodoh !. Na'udzu billah !
8. Siapa yang mempunyai iti'qad bahwa Allah berada dimana-mana, maka sesunguhnya ia telah kufur.
9. Siapa yang tidak mengetahui dimana Tuhannya, maka bukankah ia penyembah Allah 'Azza wa Jalla, tetapi ia menyembah kepada "sesuatu yang tidak ada".
10. Ketahuilah ! Bahwa sesunguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala di atas langit, yakni di atas 'Arsy-Nya di atas sekalian mahluk-Nya, telah setuju dengan dalil naqli dan aqli serta fitrah manusia. Adapun dalil naqli, telah datang berpuluh ayat Al-Qur'an dan hadits yang mencapai derajat mutawatir. Demikian juga keterangan Imam-imam dan Ulama-ulama Islam, bahkan telah terjadi ijma' diantara mereka kecuali kaum ahlul bid'ah. Sedangkan dalil aqli yang sederhanapun akan menolak jika dikatakan bahwa Allah berada di segala tempat. Wallahu a'lam. (NB. Dirangkum dari berbagai sumber mu'tabar).
Foto: diambil ketika Abdussalam baru pulang sekolah tgl 12 Sept 2006.

Publikasi: Majalah Alia, No 06 Tahun IV, Desember 2006.

Cerita Ramadhan Anak

Publikasi: wrm-indonesia


Pekan terakhir September adalah awal musim gugur. Di saat masyarakat Jerman sibuk merayakan pergantian musim dari Sommer ke Herbs, komunitas Muslim di sini bersemangat menyambut datangnya Ramadhan yang kali ini jatuh pada hari Minggu 24 September 2006. Semangat ini sudah terasa ketika tema puasa dan Ramadhan ini mulai banyak diangkat di berbagai forum pengajian dan milis-milis.
Seperti biasa, Masyarakat Islam Indonesia (MII) Frankfurt dan sekitarnya pun membentuk panitia Ramadhan dan Idul Fitri. Mereka mempersiapkan segalanya, mulai dari susunan acara, jadwal petugas imam, penceramah, pemandu tadarus, hingga membuat website khusus.
Tentu saja penyambutan Ramadhan di sini tidaklah semeriah di Tanah Air atau di negara-negara muslim lainnya. Di sini tidak terdengar suara orang mengaji atau laungan adzan dari menara mesjid, tidak ada tayangan khusus Ramadhan di televisi, tidak ada bunyi petasan atau mercon.
Agar aura Ramadhan terasa bagi anak-anak, sejak jauh hari tema Ramadhan ini sudah kami angkat dalam cengkerama dengan mereka. Ini penting untuk memperkenalkan dan menjelaskan makna dan nilai Ramadhan. Untuk menumbuhkan rasa nikmat, khusyuk dan rindu pada bulan suci ini. Beberapa minggu sebelumnya tema puasa ini juga sudah kami bahas di kelas iqro untuk anak-anak di KJRI-Frankfurt. Anak-anak tampak antusias bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar puasa dan ramadhan.

“Kenapa kita harus puasa?” tanya Abdussalam (4,9 thn). Yang lain berlomba-lomba menjawab.

“Biar kita bisa merasakan penderitaan orang miskin yang tidak punya apa-apa untuk dimakan,” kata Fadhilla (8 thn).
“Karena Allah menyuruh kita berpuasa,” kata Jehan (8,9 thn).
“Supaya perut kita bisa istirahat dari makan dan minum, sehingga kita bisa sehat,” jelas Laura Zobel (8 thn) tak mau ketiggalan.
Lantas ketika ditanya, siapa yang mau puasa Ramadhan nanti, anak-anak itu hampir serentak menjawab: “Saya!”.
“Nanti kalau puasa di sekolah lihat teman-teman makan minum, bagaimana?”
Nggak pa pa. Kalau ditanya, bilang aja: Ich habe kein Hunger [saya nggak lapar koq],” kata Abdussalam.
“Jangan begitu. Bilang aja: Ich bin Muslim und ich faste [saya muslim dan saya sedang puasa],” sergah Fadhilla dan Jehan serempak.
Sebagai persiapan Ramadhan, anak-anak kami ajarkan doa berbuka puasa, niat berpuasa dan doa laylatul qadar. Serta tema acara menggambar kami pun seputar puasa. Tema puasa juga kami jadikan bahan obrolan di rumah.
“Mama, kapan kita mulai puasa?” tanya Jehan.
“Insya Allah beberapa hari lagi. Kalau bukan Sabtu mungkin Minggu” jawabku.
“Jehan pengen cepet bulan puasa,” katanya lagi.
“Ramadhan asyik. Makan sahur, buka puasa sama-sama, terus pergi tarawih beramai-ramai di mesjid.”
“Kenapa kakak suka bulan puasa?” tanya Abdussalam.
“Iya, dong. Salam tau nggak, bulan puasa ini kita bisa dapat punkte banyak. Semua amal soleh kita jadi berlipat ganda banyaknya.”
Punkte (nilai prestasi) adalah istilah yang saya pakai untuk menjelaskan ke anak-anak tentang konsep pahala. Saya katakan bahwa kalau mau jadi pemenang nanti di akhirat mereka harus mengumpulkan punkte sebanyak-banyaknya di dunia. Sama seperti orang main game. Supaya menang mesti dapat banyak punkte. Di akhirat kelak, punkte ini adalah pahala dari sholat, mengaji, sedekah, berbuat baik dan lain sebagainya. Siapa yang rajin melakukan semua itu maka dialah yang akan mendapat punkte yang paling banyak.
Tadi malam, waktu mau berangkat ke mesjid untuk shalat taraweh malam pertama, anak-anak sudah bersiap-siap sejak maghrib dan tak sabar ingin segera ke mesjid.
Mesjid Abu Bakr Frankfurt tampak terang dan ramai pengunjung. Muslim dan muslimah berdatangan dari segala penjuru Frankfurt. Ada yang sendirian, bergerombol dengan teman dan rombongan sekeluarga. Ummi Sarah, teman kami keturunan Arab yang tinggal di Eschborn dengan gembira memeluk saya dan menciumi anak-anak kami ketika bertemu lagi di mesjid itu. Kami berkenalan di mesjid yang sama di bulan Ramadhan tahun lalu. Dia segera mengatakan keinginannya untuk mengundang kami ifthar bersama di rumahnya.
Anak-anak tampak menikmati sekali kemeriahan malam Ramadhan ini. Jehan ikut sholat dengan semangat sampai selesai. “Masya Allah, masya Allah!” ujar seorang ibu-ibu sambil mengusap kepala anak-anak.
“Dari Indonesia, ya?“ tanyanya sambil memberi isyarat.
“Ya,” jawab saya.
“Masya Allah, masya Allah!” katanya lagi.
“Saya juga ketemu banyak orang Indonesia ketika di Mekkah”.
“Muslim Indonesia bagus-bagus, ya”.
“Alhamdulillah,” kataku sambil tersenyum.
Sampai di situ kami pun berpisah sambil mengucapkan salam dan Ramadhan mubarak. Dalam hati kuberdoa semoga semangat di malam pertama ini tetap hidup hingga ke penghujung Ramadhan nanti. Semoga terus diberikan kesehatan dan kesanggupan serta dijadikan pemenang insya Allah pada akhirnya, amiiin.
Frankfurt am Main, 1 Ramadhan 1427 H
bertepatan dengan 24 September 2006