Empat hari liburan Gong Xi Fa
Choi kali ini tiga hari pertama kami habiskan di rumah. Si Ayah sibuk
buat paper, aku juga malas rasanya mau jalan bareng anak-anak saja. Tapi
pas malam selasa ngeliat di postingan foto teman-teman yang habis
jalan-jalan ke Bukit Cahaya jadi tertarik untuk jalan-jalan ke sana
juga. Pagi selasa setelah aerobik (di rumah dgn CD) aku pun iseng googling mencari informasi tentang Bukit Cahaya ini. Eh, ternyata suami cukup familiar dengan lokasi Bukit Cahaya ini. Kamipun akhirnya memutuskan untuk jalan ke sana hari itu.
Persiapan
ala kadarnya pun dilakukan. Seperti biasa gak perlu masak, cukup
membawa nasi plus lauk dari warung Padang. Cukup praktis dan dijamin
enak:-) Perjalanan menuju Bukit Cahaya cukup menyenangkan. Anak-anak
cukup bersemangat mendengar kisah hikmah yang diceritakan si Ayah.
Topiknya tentang hikmah membaca doa. Kisahnya bermula ketika mau
berangkat anak-anak seperti biasa membaca doa sebelum
berkendaraan dengan suara keras bersama-sama. Lantas si Ayah memulai
kisahnya dengan bertanya ke anak-anak tentang kenapa kita berdoa setiap
kali hendak melakukan sesuatu kegiatan. Suasana hening seketika lantas
si Ayah memulai kisahnya.
Ada
seorang teman Ayah yang dulu juga nyantri di pondok yang sama dengan
ayah, sebut saja Om A. Om A ini bercerita bahwa Pak Kiyai pernah
berpesan untuk selalu membaca doa minimal membaca "BISMILLAH" setiap
kali hendak melakukan kegiatan. Dan semenjak saat itu si Om A pun tidak
pernah lagi lupa membaca Bismillah setiap kali hendak melakukan sesuatu.
Meskipun ketika sekedar membuka sendal, membuka atau menutup lemari.
Hingga suatu ketika Om ini merasakan sendiri hikmah dari doa itu.
Pada
suatu hari, Om A bersama beberapa temannya yang lain menginap di suatu
tempat. Ketika melepas sendal, Om ini tidak lupa membaca Bismillah.
Hingga pagi harinya, si Om bersama-sama temannya yang lain terkejut
ketika mereka hendak keluar dan mendapati sendal-sendal mereka sudah
tidak ada ditempatnya lagi. Semua sendal-sendal hilang kecuali sendal si
OM. Sampai disitu ayah menghentikan ceritanya, tiba-tiba si kakak
nyeletuk,
"Sendal Om jelek kali?" disambut tawa oleh yang lain.
"Bukan karena itu, tapi karena Bismillah yang dibaca oleh Om ketika hendak melepas sendalnya itu." Jawab Ayah tegas.
"Satu lagi cerita Om tentang hikmah membaca Bismillah" Sambung Ayah lantas terus menyambung kisahnya,
Di
hari yang lain, suatu pagi asrama di pondok tempat Om mondok gempar
oleh hilangnya beberapa barang dari lemari santri. Ada sekitar sepuluh
lemari santri yang dijarah entah oleh siapa. Barang-barang yang berharga
lenyap tak berbekas. Anehnya, lemari-lemari disekitar lemari Om A
termasuk dari lemari yang ikut dijarah. Tetapi lemari Om A masih
tertutup rapat dan barang-barangnya juga masih aman di tempatnya. Om ini
lantas ingat, bahwa dia tidak pernah lupa membaca Bismillah setiap kali
membuka dan menutup lemarinya.
"Wah..." seru anak-anak dengan surprise.
"Yah
itulah kebesaran bacaan Bismillah. Padahal singkat saja kan. Karena itu
Ayah ingatkan buat semua, Mama dan anak-anak Ayah semuanya jangan
pernah lupa membaca Basmalah setiap kali hendak melakukan sesuatu.
Oke.." Kata si ayah menutup kisahnya.
Perbincangan
kami masih terus berlanjut diseputar membaca doa, hingga perlahan-lahan
suara anak-anak hilang satu-satu. Ternyata beberapa anak mulai tertidur
pulas dan terbangun kembali ketika sudah dekat lokasi Bukit Cahaya di
Shah Alam. Ternyata tempatnya tidak jauh dari 'Mesjid Biru' Shah Alam.
Saya menyebutnya Mesjid Biru karena warna atap dan menaranya yang
berwarna biru.
Tidak
lama berselang kami pun tiba di Bukit Cahaya. Bukit Cahaya ini ternyata
memiliki banyak nama. Tempat ini juga dikenal dengan Bukit Cherakah,
Taman Pertanian Malaysia atau The Malaysia Agriculture Park. Di taman
ini kita bisa menikmati taman bunga, animal garden,
taman cendawan, ladang buah-buahan, taman budaya yang terdiri dari
rumah-rumah negeri di Malaysia, suasana persawahan padi juga empang ikan
dan banyak tempat lagi. Yang paling menarik adalah rumah iklim, karena
di sana ada rumah salju yang menampilkan suasana musim salju. Anak-anak
senang sekali ketika berada di rumah salju ini. Tapi jangan bayangkan
kayak di Eropa, karena saljunya kata kakak 'salju bohongan'. Tidak boleh
di sentuh apalagi buat main seperti lempar bola salju atau buat
'snowman'.
Tempatnya
cukup luas sehingga tidak bisa dijangkau dengan berjalan kaki
saja. Karena itu disediakan perkhidmatan bas dan sepeda sewa. Fasilitas
yang lain juga ada seperti, jungle trekking, warung makan, kawasan perkhemahan dan chalet.
Biaya
masuknya lumayan murah hanya RM 3 untuk orang dewasa dan RM 1 untuk
anak-anak dan itu sudah termasuk ongkos shuttle bus buat keliling di
taman-tamannya. Untuk rekreasi keluarga tempatnya lumayan enak dengan
biaya yang murah meriah lagi. Sayangnya tidak boleh berlama-lama di
tempat ini karena taman ini ditutup jam 4.30 sore. Anak-anak belum cukup
puas juga karena satu tempat lagi yang mereka ingin datangi yaitu kolam
renang yang juga tersedia di sini. Tapi waktunya tidak cukup dan kami
keburu sudah harus pulang.
Diperjalanan
pulang seperti sebelumnya, berlangsung perbincangan yang cukup menarik
antara kakak dan ayah. Tapi kisahnya disambung insya Allah
kapan-kapan:-)
No comments:
Post a Comment