Tuesday, January 31, 2012

Kiamat dan Kelas Tahfiz Qur'an

 

Baru beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar dari teman bahwa sekarang ini dibuka kelas tambahan untuk hafalan Qur’an di sekolah anak-anak. Tawarannya cukup menarik karena anak-anak ditargetkan akan menghafal satu halaman per hari, Senin sampai Jum’at. Bayarannya lumayan murah lagi, hanya dua ratus lima puluh ringgit per bulan berbanding tawaran beberapa semester lepas yaitu enam ratus ringgit.

Saya pun mulai kasak kusuk membujuk si Abang  (anak ke-dua) agar mau ikut dalam kelas tambahan itu. Si sulung sementara ini sengaja kami tidak kursuskan karena dia sudah kelas enam dan sebentar lagi ada ujian akhir, sementara anak ketiga baru kelas satu dan mengajinya juga belum lancar. Karena itu hanya Abang yang saya harap mau ikut kelas tambahan itu. Tapi saya juga gak mau memaksakan keinginan saya itu.

“Bang, ada kelas tambahan untuk hafalan Qur’an loh bang. Bagus kalau Abang ikut kelas ini, nanti hafalan Abang cepat nambah. Si A dan si B juga ikut loh.” Kataku.

“Untuk apa Ma? Kan di sekolah juga sudah ada kelas hafal Qur’an. Dan Abang hafalannya bagus kok. Kelas tambahan itu buat anak-anak yang hafalannya kurang saat di kelas.” Tukasnya.

“Bukan begitu Bang. Kelas ini gak ada hubungannya sama kelas hafalan yang sudah ada. Ini kamu mulai lagi dari nol. Tapi lebih fokus karena kelasnya setiap hari, dua jam sehari. Mama yakin kamu akan lebih banyak dapat hafalannya. Apalagi Mama dengar setiap dua jamnya itu anak-anak akan menghafal satu halaman.”

“Dua jam? Dari jam berapa sampai jam berapa Ma?” tanyanya.

“Saat pulang sekolah Bang. Jam 4 sampai jam 6.”

“Hah? Jam empat sampai jam 6 Ma? Ya Allah Ma, kan Abang sudah capek sekolahnya dari pagi sampai jam 3 setengah? Enggak-enggak. Abang gak mau. Abang capek. Kapan bisa istirahat, kapan Abang bisa main?!” Tolaknya dengan tegas.

“Tapi apa salahnya Abang coba dulu? Kali aja menghafalnya bisa sambil main gitu Bang.”

“Ah, Mama. Mana ada kelas Qur’an bisa sambil main. Enggak! Abang gak mau.”

Saya diam saja mendengarnya. Memang sih ada benarnya juga dia. Sekolah dari pagi sampai jam 3 setengah. Alangkah capeknya. Makanya selama ini juga kami gak tega memintanya untuk ikut les ini itu. Tapi karena kami pikir ini kelas hafalan Qur’an, insya Allah manfaatnya tentu lebih besar. Capek dikit juga gak apa-apa. Dan keinginan kami agar anak-anak ini bisa menghafal Qur’an memang besar sekali. Meskipun untuk sementara ini kami belum ada target khusus kapan anak-anak ini harus hafal Qur’an. Apalagi di sekolahnya juga ada kelas hafalan Qur’an, hanya saja memang agak lambat. Mengharapkan anak-anak menghafal di rumah juga rasanya kurang efektif. Tapi ya, kalau memang Abang gak bersedia saya juga gak mau memaksa. Maka saya pun diam saja. Ayahnya juga setuju saja agar anak jangan dipaksa.

Dua atau tiga hari berselang, saya juga sudah tidak menyinggung soal kelas hafalan Qur’an lagi ke anak-anak. Meskipun secara diam-diam saya masih mencari tahu soal kelas Qur’an dari teman yang anaknya ikut kelas ini tentang bagaimana metodenya, apakah anak-anak bisa enjoy atau tidak.

Saya masih terus berharap dan berdoa agar si Abang mau ikutan. Bahkan saya juga mencoba meminta teman agar anaknya membujuk si Abang agar mau ikutan kelas itu bersamanya. Siapa tahu dengan cara itu Abang jadi mau ikut. Hingga hari itu ketika pulang sekolah seperti biasa saya menjemput mereka pulang. Dalam perjalanan pulang itu tiba-tiba si Abang bertanya begini,

“Ma, kata temanku, kiamat gak lama lagi ya?”

“Hmmm...” narik napas dulu sambil mikir jawaban yang tepat.

“Ah, pasti temanmu itu kebanyakan nonton filem.” Tukas Kakak.

“Betul tuh kakak. Mungkin karena temanmu itu habis nonton film 2012 kali Bang. Tapi begini Bang, soal kiamat sudah hampir terjadi atau belum, itu gak ada yang tau tepatnya kecuali Allah. Kita manusia hanya disuruh percaya bahwa kiamat pasti akan terjadi. Kapan itu terjadinya kita gak tau. Tapi Nabi kita mengajarkan kita bahwa ada 10 tanda-tanda besar kalau kiamat itu sudah hampir terjadi. Kebetulan Mama lagi baca buku tentang itu. Nanti kita baca sama-sama ya.”

“Oh ya? Saya jadi pengen tau. Apa aja itu Ma?” kata Kakak dan Abang hampir berbarengan.

“Nanti kalau tiba di rumah. Yang penting Bang, kita harus percaya bahwa kita pasti mati. Kiamat pasti terjadi. Karena itu kita harus siap-siap. Caranya ya itu yang Nabi kita ajarkan. Kita disuruh sholat, mengaji, berpuasa, zakat, sedekah, berhaji dan berbuat baik semua itu buat kita setelah mati itu atau setelah kiamat itu.”

“Iya itu buat bekal kita di akhirat kelak ya Ma.” Sambung Kakak.

“Betul Kakak.”

Sampai  di rumah anak-anak masih sibuk membincangkan soal tanda-tanda kiamat. Hingga selesai sholat maghrib seperti biasa anak-anak mengaji satu per satu. Selesai mengaji si Abang masih menimang-nimang Qur’annya sambil sepertinya pikirannya melayang kemana-mana. Dan tiba-tiba,

“Ma, Abang setuju deh ikut kelas hafalan.”

“Bener nih Bang?” tanyaku surprise.

“Iya Ma, Abang mau ikut kelas hafalan itu.” katanya lagi.

“Bener nih gak takut capek Abang?” tanyaku memastikan.

“Ah enggaklah yang lain juga bisa kok.”

“Ya sudah alhamdulillah Mama juga senang kalau Abang mau ikutan. Besok Mama daftarin langsung.”

Subhanallah, Allah memang maha agung. Allah senantiasa menuntun hamba-hambanya menemukan jawaban atas doa-doanya. Selagi kita masih terus berusaha dan berdoa. Alhamdulillah ya Allah. Terima kasih Engkau telah menuntun kami dan membuka hati anak-anakku. Semoga kami menjadi orang-orang yang sholeh yang Engkau ridhoi. Amin...

No comments: