Tuesday, January 31, 2012

“Tidak mau Mama sama Ayah mati”


Kami tengah santai duduk-duduk bersama selepas isya, ketika Abdussalam memecah keheningan:
“Salam tidak mau Mama sama Ayah mati”, katanya sambil merangkul.
“Jehan juga nggak mau! kakaknya menimpali.
“Mama juga sama. Inginnya lihat anak-anak Mama semuanya besar dulu, sudah kawin semua, jadi seperti ayah sama mama, baru mati, kataku menghibur.

Rupanya Abdussalam terkesan dengan film Batman Forever, terutama bagian yang mengisahkan masa kecilnya sebagai anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya.

Mendengar lontaran itu, ayah yang sedang melipat sajadah pun menyela.
“Abdussalam, Jehan, Mama, Ayah dan semua orang pasti akan mati. Alle Menschen müssen sterben. Ada yang matinya duluan, dan ada yang kemudian. Abdussalam dan Jehan tidak boleh takut mati.
 
Anak-anak terdiam, serius memperhatikan penjelasan ayahnya.
“Semua yang hidup, yang besar, yang kecil, yang kuat, yang lemah, yang kaya, yang miskin, yang takut, dan yang berani, semuanya akan mati. Jika sudah sampai waktunya.
“Tapi, Salam nggak mau mati! sergahnya.
“Iya, Mama juga takut kalau orang bicara soal mati”. Aku cuma khawatir kalau anak-anak belum waktunya atau tidak siap secara mental untuk menerimanya.
“Ya, tapi itu kan kenyataan. Itu pasti akan terjadi, cuma kita belum tahu kapan”. Kata Ayah menegaskan.

Abdussalam merebahkan kembali kepalanya di pangkuanku. Jehan kelihatan masih antusias mendengar. Dia pun bertanya pula.

“Ada nggak orang yang hidup terus atau bagaimana?
“Begini, Jehan, lanjut ayahnya. “Waktu Jehan kecil kan nenek masih ada. Tapi sesudah Deniz lahir, nenek tidak ada, nenek mati. Ada orang yang hidupnya lama, 60 tahun atau lebih dari itu baru mati. Ada juga baru beberapa tahun , masih kecil sudah mati. Jadi, ada yang lahir, dan ada yang mati. Begitu seterusnya sampai hari kiamat.

Sampai di sini Abdussalam sudah terlena. Mungkin karena percakapan kami mulai serius.

“Waktu kiamat itu, semua orang sudah mati dulu atau masih ada orang? tanya Jehan yang masih bersemangat ingin tahu.
“Masih ada, tapi semuanya orang-orang yang tidak beriman. Hanya dalam waktu singkat, mereka semua dimatikan”, jawab ayah singkat.

Aku ikut menyimak percakapan anak-ayah ini.

“Orang Jerman percaya juga seperti kita nggak, bahwa nanti ada kiamat, ada akhirat? tanya Jehan belum puas.
“Ada yang percaya. Tapi sekarang ini lebih banyak yang tidak percaya. Mereka pikir, orang itu lahir, dari bayi tumbuh membesar, jadi orang tua seperti kakek- nenek, terus mati dan sudah, selesai.
“Lebih baik mana, kita percaya atau tidak percaya hari kiamat dan akhirat? tanya Jehan penasaran.

Sampai di sini ayah berusaha menjelaskan dengan pengandaian. 

“Begini. Jehan dan ayah sekarang ini berada di dalam rumah. Jehan dan ayah sama-sama tidak pasti apa yang akan terjadi di luar sana, mungkin hujan mungkin tidak. Bagi ayah sendiri, lebih baik ayah memilih beranggapan di luar sana akan hujan. Karena itu, selagi di rumah, sebelum keluar, ayah sudah menyiapkan payung. Jika betul hujan, ayah tidak akan kehujanan, karena ayah membawa payung.
 
Sampai di sini ayah berhenti dan balik bertanya.

Nah, sekarang menurut Jehan. Apa yang terjadi dengan orang yang tidak menyiapkan payung?Jehan mangguk-mangguk dan menjawab dengan riang.
“Orang yang tidak punya payung akan kehujanan dan mungkin bisa sakit karena kedinginan ujarnya.
Nah, rumah itu ibarat hidup di dunia ini, dan di luar sana adalah hidup di akhirat. Keluar rumah itu sama dengan orang mati. Hujan itu adalah Strafe (hukuman), dan payung itu adalah iman dan amal sholeh Jehan. Jadi, lebih baik kita percaya dan siap-siap. Tidak perlu takut”.
“Ya, Jehan ngerti sekarang,” katanya puas. Ayah pun ikut tersenyum seraya merangkul Jehan, sementara Abdussalam sudah terlelap di pangkuanku.
***
Aku pun tercenung, ingat ayat-ayat suci al-Qur’an tentang kematian.
“Sesungguhnya engkau akan mati, dan sesungguhnya mereka pun akan mati juga (QS 39:30).
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya kepada Kami kalian akan dikembalikan (QS 29:57).
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kalian akan dikembalikan (QS 21:35).
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Demikianlah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling (ingkar)? (QS 6:95).
Kemudian ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan kiamat dan akhirat.
“Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya. Dan Allah akan membangkitkan semua orang dari kuburnya (QS 22:7)
“Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran (QS 101:3-4).
“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) dimana tidak ada lagi tawar-menawar dan persahabatan (QS 14:31)
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS 3:145).
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (di akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS 59:18)
“Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat (QS 31:2-4).

Frankfurt am Main, Ahad 18 Februari 2007

No comments: